Pengalaman Positif Covid-19, Awal Mula Terpapar Hingga Perjuangan Untuk Sembuh

Pengalaman Positif Covid-19

Assalamualaikum,

Lama gak bikin konten diblog karena saya baru aja sembuh dari Covid-19. Huh, sedih banget rasanya kalo diingat-ingat lagi. Tahun 2020 benar-benar menjadi tahun yang berat bagi saya. Ujian datang bertubi-tubi, mulai dari suami patah tulang, saya keguguran, hingga terpapar Covid-19. Sungguh, ku gak pernah menduga bakal terinfeksi Covid-19 karena saya merasa  selalu taat protokol kesehatan. Ya tapi mau gimana lagi, kalau semesta sudah berkehendak kita tak bisa mengelak. Terima saja takdir yang sudah digariskan oleh-Nya.

Awal Mula Terpapar Covid-19

Sebenarnya, berbicara awal mula terpapar, saya juga bingung sih, awal mulanya bagaimana, virus ini dapatnya dari mana hingga akhirnya bisa ada ditubuh saya. 

Senin, 7 Desember 2020 ada swab test masal dari kantor, keesokannya hasil keluar dan Alhamdulillah hasil swab test saya negatif. Namun, siapa sangka 2 minggu kemudian saya gak enak badan dan setelah dilakukan swab test, ternyata hasilnya positif. 

Kenapa tiba-tiba Swab Test?

Hal ini bermula karena ibu saya yang sedang sakit. Gejala-gejalanya pun menunjukkan seperti gejala Covid-19, ibu saya mengalami demam tinggi hingga 39 derajat, batuk kering dan juga sesak napas. Akhirnya, ibu dilarikan ke IGD. Namun, di rumah sakit belum bisa dibawa ke ruang perawatan sebelum ada kepastian bahwa ibu saya negatif Covid-19. 

Akhirnya, ibu saya dilakukan pemeriksaan rontgen paru dan juga rapid test. Dan ternyata hasil rontgen paru jelek, ada bercak di paru-parunya, hasil rapid pun menyatakan reaktif, baik IgG maupun IgM.

Atas dasar hal tersebut, akhirnya diputuskan bahwa ibu harus dilakukan swab test. Lalu, saya dan bapak saya juga memutuskan untuk ikut swab test, karena kondisi tubuh kami juga kurang sehat. Saya merasa badan lemas, greges , mual, sedikit batuk dan hilang indra penciuman, sementara bapak saya juga lemas, sempat demam dan merasa sakit pada tulang dan persendian. 

Senin, 21 Desember akhirnya kami melakukan swab test. Sorenya hasil swab test ibu saya keluar, dan Alhamdulillah banget hasilnya negatif. Lega bangeett rasanya, ternyat ibu saya tidak terinfeksi Covid-19. Dari situ, saya juga semakin Pede, ah.. pasti saya dan bapak juga negatif hasilnya.. 

Tapi nyatanya tidak demikian,

Hasil swab test saya dan bapak baru keluar di jam 3 dini hari, dan ternyata kami POSITIF COVID-19. Ngeblang banget rasanya pada saat itu, terlebih di rumah ada suami dan juga anak saya yang belum dilakukan swab test. Saya takut sekali menularkan ke anak dan suami. Sungguh, rasanya dilema dan bingung harus berbuat apa.  

Menghubungi Satgas Covid-19 dan Ketua RT Setempat

Paginya, 22 Desember 2020, saya menghubungi beberapa orang. Diantaranya yaitu, atasan saya di kantor, satgas covid-19 di puskesmas setempat, serta ketua RT. Saya meminta bantuan untuk dibawa saja ketempat karantina mengingat di rumah saya ada anak yang usianya baru 3 tahun. 

Akhirnya, bos saya, satgas Covid-19 dan ketua RT mengusahakan agar saya bisa segera diangkut. Nantinya, mana yang paling duluan bisa membawa saya ke lokasi karantina, itulah yang akan saya pilih. 

Namun nyatanya tak semudah itu, kawan. Kondisi di lapangan itu ternyata pasien Covid-19 sedang meningkat tajam sehingga ruangan karantina pun belum ada yang kosong. Akhirnya saya harus menunggu beberapa hari hingga akhirnya bisa dibawa ke lokasi karantina. 

Kehabisan Stok Bahan Makanan di Hari ke-4 Isolasi Mandiri

Di hari ke-4 isolasi mandiri, saya benar-benar bingung karena mulai kehabisan bahan makanan. Saya masih tinggal satu rumah dengan anak dan suami. Saya dan bapak isolasi mandiri di lantai atas, sementara anak dan suami di lantai bawah.

Kondisi saat itu, saya sudah kehabisan beras, telur juga habis. Sudah jam 10 pagi anak saya belum sarapan. Sungguh nangis sejadi-jadinya. Pak RT pun sepertinya gak memberikan info ke warga bahwa keluarga kami sedang positif Covid-19 dan kami masih ada di rumah untuk isolasi mandiri. Gosip-gosip dari tetangga pun simpang siur, dan saya merasa tidak ada tetangga yang mempedulikan kami. 

Sungguh, saat itu saya benar-benar butuh bantuan. Minimal anak saya bisa makan. 

Akhirnya, agar info jelas, saya memutuskan untuk update status di instastory, mengumumkan bahwa saya sedang positif covid-19 dan kami kehabisan bahan makanan. Iya, segitunya. Saya benar-benar gak tau harus gimana lagi. Otak saya sudah gak bisa berpikir jernih. 

Gak beberapa lama, akhirnya tetangga yang membaca story saya pun segera mengirimkan makanan. Alhamdulillah, yang ada dipikiran saya saat itu yang penting anak bisa makan dulu. 

Anak dan Suami Melakukan Swab Test

Rabu, 23 Desember 2020, akhirnya anak dan suami melakukan swab test. Alhamdulillah, anak saya juga nurut dan pintar untuk di swab, saya khawatir banget kalau harus sampai dipaksa-paksa atau dijagal. Tapi, Alhamdulillah tidak demikian. 

Tanggal 24 siang hasil swab test keluar dan Alhamdulillah ya Allah, ya Rabb.. Hasil Swab test anak dan suami saya negatif. Akhirnya kami memutuskan agar anak dan suami mengungsi dulu di rumah mertua untuk sementara waktu. 

Pertama kalinya terpisah dari anak, sungguh hatiku rasanya sakit banget. Melow banget Ketika anak dan suami pamit untuk pergi sementara waktu. “Mamaya dirumah aja ya, cepet sembuh ya mamaya” Ucap anak ku dari lantai bawah. Ya Allah, air mata rembes begitu aja. 

Akhirnya dapat Ruang Karantina

Sorenya, setelah anak dan suami pergi, saya dapat info dari Satgas Covid-19 bahwa kami sudah mendapat ruang kosong untuk karantina. Jam 3 sore kami berangkat ke puskesmas, lalu disana bersama dengan pasien lainnya kami naik ambulance untuk dibawa ke lokasi karantina, yaitu di Hotel Siti, Pasarbaru, Tangerang. 

Setelah kami dibawa, kondisi di rumah pun kosong. Akhirnya, saya meminta kepada pak RT agar seisi rumah saya di desinfektan, supaya steril dari virus. Saya juga meminta tolong pada Om dan tante saya yang rumahnya gak jauh dari tempat saya untuk mengganti sprei dan juga gordyn serta membersihkan rumah saya. 

Esoknya, Jumat 25 Desember 2020, Alhamdulillah kondisi Ibu saya sudah membaik dan sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Alhamdulillah rumah juga sudah bersih sehingga aman untuk ibu saya, mengingat kondisinya yang belum pulih sempurna. 

Kondisi rumah sudah aman dan steril, ibu sudah pulang dari RS, saya sudah dikarantina di hotel, tapi tetangga masih menjauh dan mengucilkan. Sungguh, keki rasanya, sedih liat ibuk yang dijauhi padahal dia negatif, bahkan saat Ibu belanja sayur ke depan rumah, beberapa ibu-ibu lain langsung kabur menjauh. Ya Allah, begini rasanya.. 

Kegiatan Selama Karantina di Hotel Siti

Karantina itu tidak semenyeramkan yang dibayangkan, justru bagi saya malah lebih enak karena disana banyak teman, bisa ketawa bareng teman-teman baru, lebih termotivasi untuk sembuh, tidak tertekan dengan tingkah tetangga, tidak pusing mikir harus makan apa karena semua disediakan gratis dari hotel. 

Urusan makanan, keluarga dan teman-teman juga bisa mengirimkan makanan ke hotel sebagai bentuk dukungan dan kepedulian. Jujur sih, ketika dapat kiriman dari keluarga dan teman, rasanya itu lebih termotivasi untuk sembuh, karena merasa ada yang peduli dan perhatian pada kami. 

Lalu apa saja kegiatan selama karantina di hotel?

Kegiatannya monoton sih, begitu-begitu aja setiap hari. Namun disini rasanya lebih tenang karena ada dokter yang memantau, kita juga dikasih obat dan vitamin untuk mempercepat kesembuhan. 

Kegiatan disana dimulai dari pagi hari jam 6-7 pagi ada cek kesehatan rutin, setelah itu sarapan pagi, lalu dilanjutkan dengan berjemur dan senam pagi bersama yang dipimpin oleh instruktur senam dari pihak medis. 

Yang paling seru itu ya saat berjemur dan senam pagi di rooftop, menghirup udara sejuk dan berkumpul serta berbagi cerita dengan pasien lainnya. Setelah senam selesai, kami kembali lagi ke kamar masing-masing, mandi, istirahat dan makan. 

Udah. Gitu aja kok kegiatannya. 

Terkadang saya juga order online makanan bila sedang bosan dengan menu yang disediakan. Jujur, menunya memang bikin bosan karena olahan makanannya sama setiap hari, hanya beda bahannya aja. Hihi.. untungnya diperbolehkan untuk order-order online, biar makin semangat makan dan cepat sembuh ya kan.. *alasan

Kemudian untuk obat dan vitamin yang saya konsumsi, hanya obat dari dokter saja ada 3 macam, kemudian saya juga minum vitamin herbal untuk daya tahan tubuh, makanan sehat, sayur, buah, dan juga susu. Untuk lengkapnya mungkin akan ku bahas terpisah lain waktu yaa.. hehe.. 

Kapan dinyatakan Sembuh Covid-19?

Ini dia yang bikin dilema, karena ternyata peraturan terbaru dari kemenkes itu tidak dianjurkan untuk swab kesembuhan. Pasien Covid-19 dinyatakan sembuh bila setelah 10 hari sejak dinyatakan positif sudah tidak ada gejala. Oleh karenanya, setelah 10 hari sejak positif, pasien Covid-19 yang dikarantina sudah diperbolehkan pulang tanpa swab ulang.

Sementara rasanya semua orang masih meragukan saya bila belum swab ulang dan benar-benar dinyatakan negatif. Akhirnya, saat sampai rumah, saya masih jaga jarak dengan orang rumah, yaitu ibu yang masih dalam proses pemulihan serta kakak saya yang menjaga ibu selama sakit.

Keesokannya, 2 Januari 2021, saya melakukan swab test dengan memanggil petugas ke rumah agar kami tak perlu kemana-mana. Tanggal 3 januari hasilnya keluar dan terharu banget rasanya. Saya dan bapak akhirnya NEGATIF.  Ya Allah, terimakasih telah memberikan kesembuhan pada kami semua. Alhamdulillah..

Detik itu juga saya hubungi anak dan suami kalo saya udah negatif, Alhamdulillah bisa berkumpul kembali dan melepas kerinduan bersama keluarga. 

Alhamdulillah dan Terimakasih

Alhamdulillah, akhirnya semua yang berat di tahun 2020 telah berhasil saya lalui. Ujian ini mengajarkan saya banyak hal, kesabaran, kepedulian, perjuangan, dan juga keikhlasan. 

Terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, petugas satgas, tim medis, pihak hotel, keluarga dan seluruh teman-teman ku yang sudah mendoakan, mengirimkan bantuan pada kami. Sungguh, bantuan kalian sangat berati. Semoga kebaikan kalian semua di balas oleh Allah Swt. Semoga kita semua selalu dilindungi oleh Allah Swt, selalu diberi kesehatan dan semoga Covid-19 cepat pergi dari muka bumi ini. Amiiinn Allahuma Amiiinn..

Jangan lupa tetap terapkan protokol kesehatannya ya teman-teman.. 



Salam,






17 comments

  1. Terpaksa update status di instastory, ini sedih banget saya bacanya.. Tetangga koq begitu?
    Tapi puji Tuhan sudah bisa kembali negatif ya Bu...

    ReplyDelete
  2. thya....alhamdulilah sekarang sudah sehat ya....pengalaman thya sama dengan mbak aku hihi...tapi mbak ku juga sudah negatif lagi..dan dia juga uda tulis di blognya juga tentang pengalamannya kemaren hihi..bedanya kalau tempat mbakku tetangga malah bantu...karena dah terkoordinasi dengan rt rw yang kena ya tiap hari dikirim makanan via dicantolin pager...lalu test berkala yang isolasi mandiri tim petugas kunjungan ke rumah buat swab ...gitu gitu lah..dan atas doa semua keluarga besar mbakku akhirnya sehat lagi kayak thya...

    ah pokoknya kita mah mudah mudahan sehat sehat terus ya thy...aminnn

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh, mbak mu tuh yg IG nya tiasangputri bukan ya? aku sempet baca story nya kalo dia positif. Alhamdulillah ya udah sembuh, punya tetangga baik pula.. tempat ku ga ada koordinasinya sama sekali.. huhu

      Delete
  3. yang penting emang kuncinya bahagia ya say...makan enak makan enak...kan ntar insyaAlloh sembuh atas ijinNya xixixii

    terlebih selama karantina kegiatannya juga menyenangkan ya jadi olah raganya rutin juga n jemar jemur sinar matahari hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mak.. makan enak emang bikin cepet pulih.. wekekek.. #alasan

      Delete
  4. Say, boleh nonton drakor nggak di karantina? hahahaha.
    Saya udah nonton ceritanya ini, tapi dasar ya saya itu lebih ngeh ama tulisan ketimbang video, jadinya lebih berasa di sini :D

    Btw, benar-benar ya virus ini luwaaarr biasa.
    Saya juga terkaget deh.

    Jadi, mertua serumah itu pada positif semua, di sana tuh ada 8 orang kan.
    bapak, ibu, adik ipar dan 3 anaknya, 1 bahkan masih 1 tahunan usianya.
    Trus sama kakak ipar dan anaknya yang udah teenager.

    Nah tau nggak, justru yang positif itu semuanya selain anaknya adik ipar saya yang 3 orang itu.
    Aneh bin ajaib, khususnya yang paling kecil.

    Lah anak itu dong digendongin dan dicium-cium ama orang-orang yang positif itu, dan dia bisa negatif luar biasaaa hahaha.

    Btw yang kekurangan bahan makanan itu beneran ya, kami juga, paksu kan nggak berani pulang, takut nularin kami, lah sementara saya nggak berani keluar, takut udah positif, untungnya kakak ipar saya ngirimin bahan makanan, meskipun ya seadanya, karena kan perintilan yang belom dibeli banyak.

    Apalagi saya tinggal bukan di tengah kota jadinya mau aplikasi online itu juga selain mihil pun terbatas.
    Rempng emang ya.

    Dan lebi rempong lagi, KTP saya beda dengan tempat tinggal, jadinya ya kurang ditanggapi

    Ah sudahlah, dinikmati saja, mau karantina sebulan kami nih, semoga kami nggak positif, meski ya kepikiran juga sih :D

    Btw juga senang akhirnya dirimu bisa sembuh dan kumpul dengan si ganteng ya, kebayang banget gimana rasanya ninggalin anak gitu hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. nonton drakor boleh banget dong mbaa.. hehe
      haha.. iya aku iseng banget itu bikin video yak, ada cerita yg tertinggal pula. tapi ngeditnya syusah ya kalo video.. jadi ku lengkapi disini aja. hehe

      Allah memang maha baik ya mba, ya anak2 kecil malah gak kena padahal sering dicium2 dll. anakku juga begitu mba Alhamdulillah negatif, temenku juga begitu anak2 nya negatif. MasyaAllah..

      Bener banget mba, sedih bgt aku, pertama kalinya ngerasain kekurangan bahan makanan. hiks. Alhamdulillah udah sehat semua. semoga coronce ini cepet pergi yaa.. benci banget aku sama si covid.

      semoga sehat selalu ya mbaaa.. Amiiinnn..

      Delete
  5. Ikut lega kesehatan kak Thya sekarang sudah pulih.
    Jujur aku salut dengan pengakuan dari kak Thya memberanikan diri menulis pengalaman pernah terpapar dan menjalani masa isolasi.
    Banyak orang diluaran sana yang menyembunyikan jati dirinya rapat2 begiti ditinya atai ada anggota keluarganya yang terpapar.

    Semoga pos ini jadi contoh dan teguran untuk banyak orang tidak melakukan sikap mengucilkan dan sikap tidak mengenakkan hati ke pasien dan keluarga pasien.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mas himaaa..
      ya mas, bagi ku kena covid bukan sebuah aib sih, jadi aku terang2an aja.. hehe..
      semoga kita semua dijauhkan dari segala penyakit yaa..

      Delete
  6. mbak Tya aku sedih bacanya
    alhamdulilah semua sudah kembali membaik ya. ikut seneng
    gini ini yang aku juga khawatirkan mbak, selama ini berusaha menerapkan protokol kesehatan juga
    semoga semua segera membaik ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mba ainun..
      sehat-sehat ya mbaaa..

      Delete
  7. Ikut bahagia karena kesehatan Mbak Thya sudah pulih kembali. Banyak cerita seru yang terjadi selama menjalani isolasi dan karantina ya mbak. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Mbak Thya

    ReplyDelete
  8. Sedih banget baca ini, berpisah dari orang-orang tercinta memang terasa berat. Saat inipun saya harus jauh dari anak-anak juga istri gegara covid. Saya dan keluarga tidak terpapar covid, tapi tetangga yang kena, nah untuk melindungi keluarga agar tidak tertular, saya terpaksa "mengungsikan" Anak dan istri ke apartemen saudara di tangerang, kebetulan ada ruang kosong.

    Sudah seminggu kami kami berpisah, dan rasa rindu akan keluarga sudah tak tertahan lagi.

    Semoga pandemi cepat berlalu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiinn.. semoga bisa segera berkumpul lagi ya mas..

      Delete
  9. Amiinnn.. terimakasih, kak :)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa berikan komentar juga ya ;)