Mengalami kecelakaan hingga alami
patah tulang merupakan suatu kejadian yang tak pernah terpikirkan dalam hidup saya. Siapapun pasti juga tak ada yang mau mengalami hal ini ya kan? Namun, bila semesta sudah berkehendak, tentu tak ada yang bisa menolak. Kita hanya bisa menerima takdir-Nya dan menghadapi apa yang sudah Allah kehendaki.
Dan beginilah cerita suami saya yang mengalami patah tulang karena kecelakaan lalu lintas pada bulan september lalu.
Rabu, 2 September 2020
Pagi hari, sebelum pamit untuk berangkat kerja, suami berpesan bahwa hari itu akan pulang cepat alias tidak lembur. Memang sepertinya dia sedang lelah karena berminggu-minggu selalu lembur. Pun perjalanan dari rumah ke kantor juga cukup jauh. Fyi, kantor suami berada di Kawasan Industri Pulogadung, sementara kami tinggal di Ciledug, Tangerang. Jarak tempuh Ciledug-Pulogadung lebih dari 25 km, ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Jauh banget kan (?)
Mendengar suami ingin pulang cepat, tentunya saya senang dong. Apalagi saya tengah
hamil muda pada saat itu. Saya rindu dimanja, diajak bercanda, ngobrol, diperhatikan, dibelikan jajanan dan lain-lain. Maklum saja, namanya juga sedang hamil muda.
Hingga sore hari tiba..
Saya pulang dari kantor.. sampai di rumah dengan perasaan happy dong karena suami akan pulang cepat. Saya beri tahu lah anak saya, bahwa ayahnya akan pulang cepat..
“Dek, Ayah mau pulang cepat loh hari ini, mau minta dijajanin apa?” tanya saya
Belum sempat anak saya menjawab, tiba-tiba HP saya berdering, ternyata suami yang telpon. Tentu yang ada dipikiran saya, suami menelpon saya untuk menanyakan “ingin dibelikan apa” karena memang biasanya seperti itu.
Tapi siapa sangka, bukan pertanyaan itu yang saya dapat, melainkan...
“Ayah kecelakaan, tangannya patah” Ucapnya sambil merintih
Deg.. Rasanya shock bukan kepalang. Rencana ingin pulang cepat malah mendapat celaka. Tanpa berpikir panjang, saya langsung menuju lokasi kejadian bersama bapak dan om saya ke bilangan Senayan, Jakarta Selatan.
Ya. Suami mengalami kecelakaan lalu lintas di daerah senayan saat pulang kerja, sekitar pukul 17.30 WIB. Motornya ditabrak mobil dari belakang hingga suami terseret dan terpental jauh.
Dilarikan Ke Rumah Sakit Pertamina
Beruntungnya suami punya teman yang rumahnya dekat dengan lokasi kejadian, sehingga dia mendapat pertolongan pertama dari temannya tersebut tanpa harus menunggu saya yang masih dalam perjalanan.
Ya, dalam kecelakaan ini memang si penabrak tidak mau bertanggung jawab. Dia merasa tidak bersalah atas kejadian ini. Pun suami gak mau berdebat, sehingga dia memutuskan untuk meminta pertolongan temannya saja. Dan suami meminta si penabrak ini untuk menunggunya hingga teman suami datang. Si penabrak juga memberikan uang sebesar Rp 300.000 yang tentu saja tidak cukup untuk biaya pengobatan.
Singkat cerita, suami dibawa ke rumah sakit pertamina yang merupakan rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian. Sambil menunggu proses administrasi, suami diberikan obat pereda nyeri. Lalu gak beberapa lama, dilakukan rontgen dan CT Scan.
Dan hasilnya, suami alami patah tulang clavicula (tulang selangka) bagian kiri. Fyi, tulang clavicula atau tulang selangka merupakan tulang yang terletak di kanan dan kiri dada bagian atas. Tulang ini menghubungkan tulang dada dengan lengan dan berfungsi untuk menopang lengan agar dapat bergerak dengan bebas.
Dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi, apalagi tulangnya sangat menonjol sehingga khawatir akan merobek kulit jika tidak segera dilakukan tindakan. Namun, saat itu saya tidak setuju untuk dilakukan operasi dan berencana ingin pengobatan alternatif saja ke sangkal putung. Pasalnya, banyak kerabat dan saudara yang juga mengalami patah tulang namun bisa sembuh hanya ke pengobatan alternatif, tanpa operasi.
Akhirnya dokter pun memberikan izin untuk pulang..
Pengobatan Alternatif di H.Naim, Cipete
Setelah diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit, kami langsung membawa suami ke pengobatan alternatif. Saran dari beberapa orang, pengobatan sangkal putung terdekat dan juga bagus adalah di H.Naim, Cipete. Om dan tetangga saya juga pernah alami hal tersebut, dan Alhamdulillah sembuh berkat berobat ke H.Naim.
Sesampainya disana, saya sudah khawatir aja, takut melihat suami yang kesakitan karena proses pelurusan tulang. Eh, siapa sangka, suami gak mengalami sakit yang hebat, justru malah terasa adem dan dingin berkat ramuan/minyak yang dioleskan tersebut. Pun prosesnya juga cepat banget, gak sampai 5 menit sudah selesai.
Prosesnya yaitu bagian yang patah dibalut dengan kapas yang sudah diberikan minyak/ramuan (saya gak tau apa namanya), lalu tangan suami diluruskan ke atas, bertujuan agar tulangnya kembali lurus lagi. Setelah itu bagian yang patah dikasih seperti bambu tipis dan diikat kencang dengan perban untuk mempertahankan posisi tulang agar tidak geser kembali. Selesai deh, suami diperbolehkan pulang dan diminta untuk kontrol setiap 5 hari sekali.
Di pengobatan alternatif ini terdapat beberapa pantangan makanan, entah atas dasar apa pantangan-pantangan yang diberikan tersebut. yang pasti karena kami ingin cepat sembuh, jadilah kami menuruti semua pantangan-pantangan yang diberikan.
Adapun untuk biaya pengobatan alternatif ini seikhlasnya, sementara untuk biaya perban dikenakan sebesar Rp 100.000,-
3 kali kontrol di pengobatan alternatif, Alhamdulillah perban sudah boleh dilepas. Pun di minggu kedua suami juga sudah tak merasakan sakit pada tulangnya dan sudah bisa mengendarai motor dan mobil.
Alhamdulillah banget, tanpa harus operasi suami sudah bisa beraktivitas lagi.. *pikir saya
Namun sayang, cerita ini tidak berakhir sampai disini..
Rontgen Kedua, Pasca Dinyatakan Sembuh dari Pengobatan Alternatif
Setalah kurang lebih 2 minggu bolak-balik kontrol ke pengobatan alternatif, Alhamdulillah suami sudah diperbolehkan mengendarai motor dan mobil namun dengan jarak yang dekat-dekat saja. Tangan sudah boleh digerakkan tapi jangan sampai mengangkat beban berat terlebih dahulu. Tentu suami sangat gembira pada saat itu, bersyukur gak perlu operasi sudah bisa sembuh.
Namun disisi lain kami pun penasaran, bagaimana sih kondisi tulang sebenarnya? Apakah benar sudah lurus kembali?
Akhirnya, untuk menjawab rasa penasaran, kami memutuskan untuk rontgen kembali. Lalu dari hasil rontgen, ternyata kami harus menelan kenyataan pahit kembali. Karena ternyata tidak ada perubahan pada tulang suami, bahkan yang ada tulangnya malah semakin menjauh. Dan parahnya lagi, dari hasil rontgen ini baru diketahui bahwa ada serpihan tulang yang retak juga. Dan itu harus diambil. Deg... ini artinya harus dioperasi. Entah kenapa dokter yang pertama tidak menjelaskan hal ini.
Lalu kenapa sudah tidak sakit ?
Menurut dokter, hal itu dikarenakan sudah ada pertumbuhan tulang baru. Jadi, meski tulangnya semakin menjauh, namun tulang tersebut sudah saling merekat karena adanya pertumbuhan tulang baru, hanya saja pertumbuhannya tidak sempurna atau tidak lurus seperti semula. Alhasil, tulang menjadi pendek sebelah.
Sebenarnya sih menurut dokter, hal ini tidak terlalu berbahaya. Tulang itu, tanpa dilakukan pengobatan bisa sembuh dengan sendirinya, namun tumbuhnya memang biasanya menjadi tidak sempurna lagi dan juga memerlukan waktu yang lama.
“Kalau kamu sudah ikhlas dengan kondisi yang seperti ini, sebenarnya gak perlu operasi juga gakpapa” Kata dokter
“Tapiiii.. kamu gak bisa angkat yang berat-berat selamanya, karena khawatir tulang yang tumbuh tidak sempurna akan rawan patah kembali” Lanjut dokter
Memang, jalan terbaik adalah dengan melakukan operasi. Kami pun sepakat untuk dilakukan operasi. Namun karena biaya operasi tulang itu sangat menguras kantong, kami pun berusaha agar bisa operasi dengan bantuan BPJS.
Namun nyatanya, kami harus menelan pil pahit berulang kali..
Operasi Patah Tulang Tidak Bisa Menggunakan BPJS
Nyatanya, operasi patah tulang akibat kecelakaan tidak bisa menggunakan BPJS kesehatan, namun bisa menggunakan BPJS Ketenagakerjaan tapi dengan beberapa syarat. Dan sayangnya lagi, karena saat kecelakaan tidak langsung dilakukan tindakan operasi, maka BPJS Ketenagakerjaan juga sudah tidak bisa digunakan.
Beruntungnya suami memiliki Asuransi dari kantornya sehingga bisa digunakan meskipun biayanya tidak tercover semua. Akhirnya, kami pun mulai mencari informasi terkait biaya yang dibutuhkan untuk tindakan operasi patah tulang.
Rumah sakit pertama yang kami kunjungi ternyata biaya operasi patah tulang disana cukup mencekik. Biayanya hampir menembus angka 40 juta. Itu saja belum termasuk biaya-biaya lainnya, seperti biaya swab (mengingat saat ini sedang pandemi), cek darah lengkap, scan thorax dan lain-lain. Sungguh mendengar rincian biayanya saja sudah membuat kami lemas.
Lalu, kami pun mencoba mencari rumah sakit lainnya. Kami mendatangi RS. Sari Asih Ciledug dan meminta rincian biaya. Alhamdulillah, ternyata di RS. Sari Asih, biayanya masih cukup terjangkau. Biaya operasi patah tulang dan perawatan sekitar 20 Juta, belum termasuk biaya-biaya lain. Lumayan, lebih terjangkau dibanding rumah sakit pertama yang kami kunjungi. Hati pun lega rasanya..
Kami pun memutuskan untuk operasi patah tulang di RS. Sari Asih, Ciledug.
Operasi Patah Tulang Clavicula..
Singkat cerita, setelah beberapa kali konsultasi dengan dokter di RS. Sari Asih, Ciledug. Suami pun mendapat jadwal untuk operasi. Operasi dilakukan pada hari Senin, 5 Oktober 2020, sekitar satu bulan setelah kecelakaan.
Hari operasi tiba..
Saya dengan badan yang super lunglai dan mual karena tengah hamil
trimester pertama berupaya untuk kuat agar bisa mendampingi suami hingga operasi selesai. Alhamdulillah, Allah Maha Baik menguatkan saya.
Operasi berlangsung sekitar 1-2 jam, namun suami masih di dalam kamar operasi hingga 4 jam. Kemungkinan sih suami belum sadar karena pengaruh obat bius. Setelah sadar, barulah bisa keluar dari kamar operasi dan kembali ke ruang perawatan.
Sebelum menuju ruang perawatan, suami di rontgen terlebih dahulu untuk mengetahui hasilnya. Dan ternyata suami dipasang pen dengan menggunakan 7 baut. Hasil rontgen juga bagus, tulang kembali lurus seperti semula. Tentu jauh berbeda dengan hasil dari pengobatan alternatif yang mana tidak ada perubahan pada tulang suami.
|
Rontgen Pasca Operasi (Auto Lurus) :D
|
3 hari dirawat, Alhamdulillah suami sudah diperbolehkan pulang. Satu bulan pasca operasi, suami masih kontrol terus setiap satu minggu sekali. Dan Alhamdulillah, saat ini suami sudah diperbolehkan mengendari motor/mobil lagi, namun baru boleh jarak dekat-dekat saja. Kontrol juga masih terus lanjut, namun kini cukup 1 bulan sekali saja.
Alhamdulillah, meski menggunakan transportasi umum suami juga sudah mulai bisa bekerja kembali setalah 2 bulan tidak masuk kerja. Alhamdulillah, bersyukur banget akhirnya perjalanan panjang ini selesai, kami bisa melewati ini semua.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kami. Menurut kami bila terjadi hal demikian maka pilihan paling tepat adalah langsung dilarikan ke rumah sakit saja. Tingkat keberhasilannya jauh lebih tinggi ketimbang pengobatan alternatif.
Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Alternatif dan Medis
Berdasarkan pengalaman saya, maka dapat saya simpulkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari dua macam pengobatan tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Alternatif :
(+) Biaya jauh lebih terjangkau
(+) Lebih praktis, tidak perlu repot operasi
(-) Tingkat keberhasilan lebih rendah (Kemungkinan posisi tulang tidak kembali seperti semula)
(-) Proses pengobatan lebih sakit
(-) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(-) Terdapat pantangan makanan
Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Medis:
(+) Tingkat keberhasilan lebih tinggi
(+) Proses pemulihan lebih cepat
(+) Tidak ada pantangan makanan
(-) Biaya operasi lebih mahal (namun bisa di cover asuransi atau bpjs bila langsung ditangani saat kejadian)
(-) Perlu 2 kali operasi untuk pasang dan lepas pen
Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu suami saat kejadian, kepada teman suami yang sudah bersedia menjemput dan antar suami ke RS untuk mendapat pertolongan pertama, kepada pengendara lain yang melintas, driver ojol, tukang parkir indomart yang sudah bersedia dititipkan motor suami, semua petugas medis RS. Pertamina, H.Naim, cipete yang meskipun kurang berhasil namun sudah membantu memberikan pengobatan, kepada dokter umum Balai Kesehatan Puspiptek yang sudah memberikan saran dan masukan, kepada dokter Zaki yang sudah melakukan tindakan operasi untuk suami saya, kepada seluruh petugas medis RS. Sari Asih yang sudah merawat dan juga keluarga dan tetangga yang membantu support dan menguatkan kami..
Semoga kebaikan kalian semua mendapat balasan dari Allah SWT. Amiiinn..
Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya.. dan semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan selalu dilindungi oleh Allah SWT. Amiiinnnn..
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..(QS. Al-Insyirah : 6)
Salam,