Masih lanjut di postingan galau-galauan gue sebagai seorang freshgraduate tempo lalu, akhirnya sekarang gue dapet pekerjaan baru, yang sepertinya, sesuai bidang.
Baca juga : Catatan Hati Seorang Freshgraduate, Sebuah Pengalaman Pertama
Baca juga : Catatan Hati Seorang Freshgraduate, Sebuah Pengalaman Pertama
Dulu, 2 tahun lalu, gue melalui hari-hari penuh perjuangan sebagai seorang freshgraduate. Iya, perjuangan untuk dapet pekerjaan pertama gue. Gue merasakan jatuh bangun keadaan karena tak kunjung dapet pekerjaan yang sesuai bidang yang gue impikan.
Dulu, hampir empat bulan gue terombang ambing, berjalan dari satu perusahaan ke perusahaan lain untuk menemukan sang tambatan hati. Hingga akhirnya gue terdampar di sebuah lembaga pendidikan. Iya, agak melenceng dikit karena gue yg basic nya bukan seorang guru tapi malah kerja menjadi guru.
“gak masalah, untuk pengalaman pertama” pikir gue saat itu.
Baca juga : Catatan Hati Seorang Freshgraduate, Penantian yang Bermuara
Baca juga : Catatan Hati Seorang Freshgraduate, Penantian yang Bermuara
Hari-hari menjadi seorang guru cukup mengesankan sekaligus mengesalkan. Mengesankan karena gue bertemu dengan banyak anak-anak dengan sikap dan karakter yang berbeda-beda. Ada yang bikin gue marah-marah terus, ada juga yang bikin gue ketawa terus. Mengesalkan karenaa,
hemm..
gue agak kurang cocok dengan manajemen disana. Ya, masih kurang sih menurut gue.
walau begitu, disana gue banyak belajar untuk memahami karakter anak-anak. Tapi pada prosesnya, terkadang gue berpikir “Kayaknya gue gak berkembang deh kalo disini terus” kayaknya gue mesti melakukan pencarian lagi. Gue kangen penelitian, gue kangen laboratorium.
Dan, diakhir tahun lalu gue makin merasakan tingkat jenuh yang luar biasa dan rasanya ingin segera melangkah ke tempat lain. Tapi gue tahan, karena tinggal menghitung bulan lagi menuju hari pernikahan gue. Gue khawatir, nantinya sulit mendapatkan izin cuti dan sebagainya karena status gue masih anak baru di kantor baru nanti. Maka dari itu, gue pun memutuskan untuk mencari kerja pasca menikah nanti.
Namun semesta berkehendak lain, ditengah-tengah rasa jenuh, gue malah mendapat pekerjaan baru. Memang sih, gue gak memasukkan lamaran ke perusahaan manapun. Tapi tahun lalu, gue menitipkan CV gue di kantor bokap, dan kebetulan di tahun ini sedang banyak dibutuhkan analis kimia. CV gue yang tergeletak di ruangan bos nya bokap gue pun gak sengaja dibca-baca oleh beliau, dan akhirnya dipanggil lah gue untuk langsung bekerja ditempat itu.
Dan, disinilah gue sekarang. Untuk sementara gue ditempatkan sebagai analis pengolahan air bersih. Tapi kabar nya nanti gue bakal ditempatkan di tempat lain, di pusat penelitiannya. Entahlah, dimana saja.
Tapi permasalahannya, di tempat kerja yang sebelumnya, belum ada yang menggantikan gue mengajar, sehingga sepulang kerja gue langsung meluncur untuk mengajar dan baru pulang sampai di rumah sekitar jam setengah sepuluh malam.
Lelah? Pasti.
Makin kesini rasanya semakin lelah dan semakin benar-benar ingin lepas, tapi disatu sisi, gue gak tega mau ninggalin anak-anak. Tapi disisi lain, gue membayangkan ketika sudah menikah nanti gue bakalan gak ada waktu sama sekali buat suami gue. Kerja 12 jam, pulang cuma buat numpang tidur doang.
Ah, membayangkan nya sudah lelah sekali.
Tapi gue yakin semesta akan berbaik hati dan punya rencana indah untuk gue. Sekarang gue cuma bisa menjalani dengan ikhlas dan juga diiringi dengan rasa syukur.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim [14]: 7)
Jadi ingat awal-awal saya kerja, rasanya ngomeeelll mulu, Kerjaan berat dan banyak, saking saya disuruh apa saja mauuuu mau sajaaa
ReplyDeleteEh gaji segitu aja, lembur nyaris tiap hari.
Tapi sekarang kok malah merindukan masa-masa itu hahaha
merindukan aja kan mba? tapi gak kepengen menjalaninya lagi? haha..
Deletesekarang kan udah lebih enak dong jadi blogger sejati. hehehe..